Prestasi yang Diraih oleh Pemain Indonesia

Sepak terjang 14 atlit bulu tangkis indonesia di ajang olimpiade

 

 Tunggal putra

Ganda putra

Ganda putri

Ganda campuran


 http://septianpermana29.blogspot.com/


Sinar Kejayaan Bulutangkis Indonesia Makin Terang

Pasangan Tontowi, Liliyana (Getty Images/Ben Hoskins)



Dengan kemenangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di All England 2013, kejayaan bulutangkis Indonesia kini semakin tergambar nyata.

Namun, lebih dari itu, pasukan Pelatnas Cipayung membuktikan, Indonesia bukan lagi negara kelas dua di persaingan bulutangkis dunia. Indonesia tidak lagi bisa diremehkan seperti dua tahun lalu.

Prestasi Indonesia di ajang turnamen tertua di dunia ini menunjukkan persiapan matang disertai motivasi yang luar biasa tinggi. Sektor ganda campuran bisa melangkah lebih baik dengan bekal prestasi yang sebelumnya juga telah mumpuni. Inilah satu-satunya sektor yang sempat begitu diandalkan untuk mendulang prestasi di tahun 2012.

Yang lebih mantap, Tontowi/Liliyana tak perlu berjuang sendiri karena ada pasangan ganda lain yang bisa bertahan. Selain itu, kehadiran pasangan non-pelatnas Markis Kido/Pia Zebadiah Bernadet sebagai lawan tangguh Tontowi/Liliyana di babak semifinal All England juga bisa menjadi contoh baik bahwa Indonesia masih yang terbaik di bulutangkis.

Artinya, pembenahan sistem pembinaan para pemain Pelatnas Cipayung berbuah manis diikuti geliat para pemain non-pelatnas yang semakin gemilang.

Dua pembinaan yang tercipta, baik secara terpusat di dalam Pelatnas Cipayung maupun secara perseorangan, akhirnya memunculkan banyak pemain dengan prestasi memukau di turnamen individu. Mereka-mereka dengan prestasi menawan itu tentu tak bakal menyulitkan di saat Indonesia membutuhkan tim terbaik saat berlaga di turnamen beregu (seperti Piala Thomas-Uber dan Piala Sudirman) atau turnamen di ajang kejuaraan multicabang seperti Olimpiade.

Catatan prestasi yang ditorehkan di All England tahun 2013 ini seharusnya bisa menjadi tolok ukur kebangkitan bulutangkis Indonesia. Sejak tahun 2003, belum pernah ada begitu banyak wakil Indonesia yang bisa bertahan sampai dengan babak perempatfinal. Bahkan, kerap kali perwakilan Indonesia langsung gugur layu di babak-babak pertama, paling jauh kedua.

Namun, tidak untuk tahun ini. Delapan wakil Indonesia bisa bertahan sampai di babak perempatfinal. Salah satunya pemain tunggal putri Lindaweni Fanetri, yang menjadi satu-satunya tunggal putri yang bertahan setelah sejak tahun 2003. Sayang Linda kemudian kalah dari Tine Baun asal Denmark.

Meski kalah, Linda menunjukkan sektor tunggal putri bisa bangkit dari keterpurukan. Semenjak kehilangan peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, Maria Kristin Yulianti, sektor ini semakin sulit mengejar sukses seperti yang pernah diraih di era kejayaan Susi Susanti dan Mia Audina di era 1990-an.
 
Wakil Indonesia lainnya yang bertahan cukup lama adalah pemain tunggal putra, Tommy Sugiarto. Kehadirannya di babak perempatfinal menjadi sedikit penutup luka setelah Sony Dwi Kuncoro — yang lebih diharapkan — justru harus terseok akibat cedera.

Pasangan tumpuan harapan Indonesia di sektor ganda putra, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, juga sedikit meleset setelah terhadang di babak semifinal.

Indonesia menempatkan dua wakil dari pemain non-pelatnas. Ada ganda campuran Markis Kido/Pia Zebadiah yang kemudian bertahan sampai babak semifinal dan akhirnya tunduk dari Tontowi/Liliyana. Pia juga bisa bertahan sampai babak perempatfinal di sektor ganda putri bersama dengan pasangannya Rizki Amelia Pradipta. Keduanya lalu kandas di tangan ganda putri Cina, Ma Jin/Tang Jinhua.

Yang jelas, sektor ganda campuran memang patut diberikan penghargaan karena bisa konsisten dengan kehadiran wakil terbanyak. Tiga dari empat pasangan ganda campuran yang lolos sampai perempatfinal bisa bertahan sampai babak semifinal. Sayangnya, hanya satu yang bertahan sampai final dan akhirnya meraih gelar juara yaitu Tontowi/Liliyana.

Yang luar biasa, Muhammad Rijal/Debby Susanto yang bisa menggilas ganda campuran unggulan pertama asal Cina, Zu Chen/Ma Jin dalam pertarungan sengit yang berujung pada kemenangan 16-21, 21-13, 21-18. Namun, seperti Fran Kurniawan/ Shendy Puspa Irawati — yang lebih dulu kandas di perempatfinal — Rijal/Debby juga dijegal lawan Tontowi/Liliyana di babak final, Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Beruntung Tontowi/Liliyana tak mau senasib dengan kedua pasangan “korban” ganda Cina itu. Gelar juara memang harus tetap bersama mereka yang juga sudah dimenangkan pada tahun 2012. Satu kali lagi, Tontowi-Liliyana bisa mengejar rekor milik mantan pasangan Korea Selatan, Park Joo-bonghung Myung-hee, yang pernah merebut tiga gelar beruntun pada 1989 hingga 1991. Catatan kemenangan back to back sebelumnya juga pernah  dibuat oleh pasangan ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky pada tahun 1995 dan 1996.

Itulah era di saat Indonesia mampu merajai kembali bulu tangkis dunia setelah lepasnya era Rudi Hartono. Di tahun 1996, Indonesia menempatkan masing-masing wakilnya secara bersamaan di puncak peringkat dunia. Dengan modal gelar juara ini, Tontowi/Liliyana menjadi kandidat kuat sebagai Most Valuable Player of the Year dari PB PBSI. Bayang-bayang hadiah sebesar Rp1 miliar tentu menjadi salah satu motivasi yang membuat mereka semakin haus gelar di turnamen selanjutnya.






sumber :http://id.olahraga.yahoo.com/blogs/arena/sinar-kejayaan-bulutangkis-indonesia-makin-terang-074206194.html


Prestasi Gemilang Lilyana/Tontowi
Tajuk Rencana | Senin, 11 Maret 2013 - 14:02:21 WIB
: 569


(dok/antara)
Kendati sedang merosot, namun ada sedikit prestasi yang ditorehkan atlet bulu tangkis nasional.

Prestasi gemilang yang diraih pasangan atlet bulu tangkis Indonesia Lilyana Natsir/Tontowi Ahmad dengan meraih gelar juara ganda campuran All England 2013 pantas kita banggakan dan berikan penghargaan. Prestasi ini sekaligus menghapus masa paceklik gelar juara yang diraih atlet Indonesia di turnamen bergengsi ini.
Terakhir, atlet bulu tangkis Indonesia meraih gelar juara ganda putra yang diraih pasangan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada 2003. Lilyana dan pasangannya, Tontowi, meraih gelar juara All England setelah di final mengalahkan pasangan Denmark Thomas Laybourn-Kamilla Rytter Juhl 21-17 dan 21-19 dengan pertarungan cukup seru.
Kemenangan ini diharapkan mampu memompa semangat para atlet bulu tangkis Indonesia untuk kembali meningkatkan prestasi di masa depan. Bagaimana pun Indonesia selama bertahun-tahun silam dikenal sebagai jawara olahraga bulu tangkis. Nama Indonesia terkenal karena prestasi atlet bulu tangkis. Namun, belakangan ini prestasi atlet Indonesia mengalami penurunan yang sangat memprihatinkan.
Untung ada Lilyana/Tontowi yang telah memberikan setitik harapan dengan meraih gelar juara tersebut. Kemenangan tersebut menyudahi paceklik gelar selama sembilan tahun bagi Indonesia, yakni 2003, dan juga 33 tahun bagi perolehan ganda campuran Merah Putih. Ketika itu Christian Hadinata/Imelda Wiguna memperoleh mahkota ganda campuran pada 1979.
Karenanya, apa yang diraih pasangan Lilyana/Tontowi mendapat sambutan luar biasa para pencinta bulu tangkis di Indonesia. Kekalahan demi kekalahan yang dialami atlet bulu tangkis Indonesia beberapa tahun terakhir sepertinya sedikit terobati.
Kita tentu saja memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya bagi setiap atlet berprestasi dan mengharumkan nama negara. Apa yang diraih oleh Lilyana/Tontowi membutuhkan perjuangan keras dan berat. Tidak mudah bagi pasangan ini untuk memastikan gelar juara bergengsi tersebut.
Pertandingan final ganda campuran itu berlangsung seru terutama di set kedua. Saat Lilyana/Tontowi sudah unggul lima angka, pasangan Denmark berhasil mengunci perolehan angka Indonesia dan bangkit mengejar. Kecepatan Laybourn dan konsistensi Juhl berhasil mengejar peolehan angka hingga kedudukan imbang 19-19.
Namun, smes Tontowi membuat pasangan Denmark mengembalikan bola dengan tanggung yang diteruskan dengan pukulan tipis Lilyana di bibir net. Akibatnya, pasangan Denmark terlalu tinggi mengangkat bola sehingga akhirnya keluar lapangan. Pada saat match point Tontowi kembali melepaskan smes keras yang disusul pukulan mematikan Lilyana. Jadilah Lilyana/Tontowi juara.
Meski kita mampu meraih satu gelar juara ganda campuran All England 2013, namun bukan berarti prestasi atlet bulu tangkis kini telah menunjukkan banyak kemajuan. Terbukti pemain ganda dan tunggal kita sering kandas, terutama ketika pemain kita menghadapi pemain-pemain dari China. Masih banyak kelemahan di organisasi tim maupun pada pemain Indonesia yang perlu dibenahi.
Pembinaan di tingkat cabang olahraga bulu tangkis ini juga masih memprihatinkan, termasuk dalam hal mencari bibit-bibit permain berbakat yang dilakukan organisasi—dalam hal ini Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Organisasi PBSI di bawah kepemimpinan Ketua Umum Gita Wirjawan yang juga menjabat Menteri Perdagangan dinilai belum menunjukkan titik terang dalam program-programnya ke depan.
Penurunan prestasi bulu tangkis Indonesia dalam beberapa tahun terakhir bisa dibilang mencapai titik terendah pada 2012. Kegagalan Tim Merah Putih meraih medali emas pada Olimpiade London akhir Juli 2012 mengakhiri tradisi emas pada cabang bulu tangkis yang telah terjaga selama 20 tahun, atau sejak pertama kali bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade pada 1992.
Atas dasar itu pula, kita menuntut pengurus PBSI melakukan berbagai perubahan untuk memperbaiki prestasi ke depan. Harapan masyarakat pencinta bulu tangkis di dalam negeri tentu saja hanya bisa bertumpu pada pengurus PBSI sebagai organisasi yang membina dan menaungi para atlet bulu tangkis.
Apalagi dalam struktur kepengurusan PBSI yang telah dikukuhkan pertengahan Desember 2012 melibatkan mantan jagoan-jagoan bulu tangkis Indonesia. Kehadiran para jagoan bulu tangkis itu tentu saja memberi ekspektasi, karena pada zaman merekalah dulunya Indonesia meraih prestasi mengagumkan.
Kita berharap semua persoalan yang menjadi hambatan utama sebagai penyebab mundurnya prestasi bulu tangkis Indonesia harus segera dibereskan. Kemudian, para pengurus lebih fokus lagi dalam menyusun program-program dan strategi jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Momentum kemenganan Lilyana/Tontowi diharapkan bisa memompa semangat para pemain maupun pengurus PBSI dalam upaya membangkitkan kembali prestasi atlet-atlet bulu tangkis Indonesia.
Sumber : Sinar Harapan
 
 
sumber : http://www.shnews.co/detile-16201-prestasi-gemilang-lilyanatontowi.html


Prestasi Bulutangkis Indonesia di Turnamen Internasional Tahun 2013

Setelah PBSI dipegang oleh bapak Gita Wirjawan dan dengan kepelatihan Rexy Mainaky sang juara olimpiade 1996, perlahan-lahan bulutangkis Indonesia mulai bangkit, dan mulai berprestasi. Apa saja prestasi yang mereka torehkan ? Saya akan mencoba merangkumnya. Semoga daftar ini akan terus bertambah banyak.

Singkatan singkatan :
MS : Men Single (Tunggal Putra) ; WS : Women Single (Tunggal Putri) ; MD : Men Doubles (Ganda Putra) ; WD : Women Double (Ganda Putri) ; XD : Mixed Doubles (Ganda Campuran)
Maybank Malaysia Open Super Series 2013
MS : Sony Dwi Kuncoro (runner-up MS)
MD : Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (JUARA)
Iran Fajr International Challenge 2013
MS : Riyanto Subagja (JUARA), Arif Gifar Ramadhan (runner-up)
WS : Febby Angguni (runner-up)
MD : Wahyu Nayaka/Ade Yusuf (JUARA), Ronald Alexander/Selvanus Geh (runner-up)
Yonex German Open Grand Prix Gold 2013
MS : Tommy Sugiarto (runner-up)
Yonex All England 2013
XD : Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir (JUARA)
Ciputra Hanoi Vietnam International Challenge 2013
WS : Hana Ramadhini (JUARA)
Yonex Australian Open Grand Prix Gold 2013
MD : Angga Pratama/Ryan Agung Saputra (JUARA), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (Runner-Up)
WD : Vita Marissa/Aprilsasi Putri Lejarsar Variella (JUARA)
XD : Irfan Fadhilah/Weni Anggraini (JUARA). Pasangan ini meraih gelar juara setelah bertarung sengit 3 set melawan pasangan Korea Selatan Baek Choel Shin/Jang Ye Na. Sayang sekali pasangan ini harus dipecah. Di turnamen Malaysia Open Grand Prix Gold 2013, Irfan Fadhilah akan berpasangan dengan Wulan Sari Sri dan Weni Anggraini dipasangkan dengan juara WJC 2011 Alfian Eko Prasetya.
Osaka International Challenge 2013
XD : Lukhi Apri Nugroho/Annisa Saufika (JUARA)
Skycity New Zealand Open Badminton Grand Prix 2013
MD : Angga Pratama/Ryan Agung Saputra (JUARA)
XD : Praveen Jordan/Vita Marissa (JUARA), Riky Widianto/Richi Puspita Dili (runner-up)
Victor Croatian International Challenge 2013
MD : Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana (JUARA)
Yonex Sunrise India Open Super Series 2013
XD : Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir (JUARA)
Portuguese International Series 2013
XD : Jones Rafli Jansen [GER]/Keshya Nurvita Hanadia (JUARA)
WD : Keshya Nurvita Hanadia/Devi Tika Permatasari (runner-up)
Yonex Sunrise Malaysia Open Grand Prix Gold 2013
MS : Alamsyah Yunus (JUARA)
WD : Pia Zebadiah Bernadeth/Rizki Amelia Pradipta (JUARA), Vita Marissa/Aprilsasi Putri Lejarsar Variella (runner-up)
XD : Praveen Jordan/Vita Marissa (JUARA)
BWF Li-Ning Sudirman Cup 2013 Kuala Lumpur, Malaysia
Pada turnamen prestisius ini, Indonesia hanya mampu mencapai perempat final, setelah dikalahkan Cina lewat pertandingan mendebarkan selama lima jam yang berujung pada skor 3-2 untuk Cina.
Indonesia berhasil mencuri poin lewat ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir dan ganda putra Angga Pratama/Rian Agung Saputro. Perjuangan yang sangat mengesankan bagi Indonesia dan pantang menyerah. Walau kalah, tapi ini adalah bukti bahwa bulutangkis Indonesia mulai bangkit. Tidak semua negara bulutangkis kuat mampu mencuri poin dari Cina apalagi mengalahkannya. Apalagi, hasil kekalahan 3-2 Indonesia dari Cina adalah hasil terbaik Indonesia selama melawan Cina di turnamen beregu dalam 10 tahun terakhir, dimana Indonesia biasanya kalah 3-0.
Jumlah juara yang telah dicapai per nomor :
MS : 2 juara 3 runner-up
WS : 1 juara 1 runner-up
MD : 5 juara 2 runner-up
WD : 2 juara 2 runner-up
XD : 6,5 juara 1 runner-up
Kesimpulan sektor terkuat : XD – MD – MS – WD – WS / Ganda Campuran – Ganda Putra – Tunggal Putra – Ganda Putri – Tunggal Putri

sumber :  http://heyindranota.wordpress.com/2013/04/05/prestasi-bulutangkis-indonesia-di-turnamen-internasional-tahun-2013/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar